“
RESENSI FILM NEGRI 5 MENARA “
Judul :
Negri 5 Menara
Tahun : 2012
Durasi : 1 jam 59 menit 41
detik
Genre : Edukasi, Roman dan
Religi
Diangkat
dari novel : “ Negri 5 Menara “
Penulis : Ahmad Fuadi
Produksi : KG Production - Million
Production, yang juga didukung oleh Bank Indonesia serta Islamic Banking,
penulis
skenario : Salman Aristo (yang juga penulis skenario
Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi dan Garuda di Dadaku)
Autradara
: Affandi Abdul
Rachman.
Pemain Utama : Para SHAHIBUL MENARA
- Alif Fikri Chaniago dari Maninjau
- Raja Lubis dari Medan
- Said Jufri dari Surabaya
- Dulmajid dari Sumenep
- Atang dari Bandung
- Baso Salahuddin dari Gowa
ü PENGANTAR
Bismillah..
Alhamdulillah kawan, kali ini ane dapat
tugas softskill dengan mata pelajaran “ILMU SOSIAL DASAR” untuk meresensikan
film mengenai permasalahan sosial. Butuh waktu yang cukup lumayan lama untuk
ane memilih dari berbagai film mengenai permasalahan sosial ini sehingga ane
menetapkan untuk memilih film yang luar biasa ini “Negri 5 Menara”. Metode yang
akan ane gunakan untuk meresensikan film ini insyaallah yaitu dengan metode “
Psikologi “. Harapan ane semoga dengan tugas ini pun ane bisa memberikan
sedikit banyak pengetahuan untuk kawan semua dari hikmah dan makna film ini, serta
mudah-mudahan tugas kali ini yang merupakan the first time ane untuk mencoba
menulis bisa tidak mengecewakan kawan semua dan mendapatkan nilai yang luar biasa. Aamiin
:D.
Film yang diangkat oleh sebuah Novel
luar biasa yang di tulis oleh seorang Penulis Andal yaitu abang Ahmad Fuadi
pada tahun 2009 lalu yang di terbitkan oleh “ GRAMEDIA ”, akhirnya setahun
kemudian diangkat menjadi film dengan judul yang sama dengan judul Novel
tersebut yaitu “ NEGRI 5 MENARA “. Sebelumnya ane ingin menambahkan sedikit
biografi dari Penulis Novel dari “ Negri 5 Menara “ ini. Mudah-mudahan dengan
sosok bang Fuadi ini bisa menjadi tokoh Inspirasi untuk kawan semua atas
kepribadian beliau ini.
ü BIOGRAFI
PENULIS
Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa mematuhi permintaan Ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya “mantra” sederhana yang sangat kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Lulus kuliah Hubungan Internasional UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di School of Media anad Public Affairs, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya –yang juga wartawan Tempo- adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of America (VOA).
Berita bersejarah seperti tragedi 11 September
dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa
Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk
bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat
melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang, Fuadi telah
mendapatkan 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah mendapat
kesmepatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Inggris,
dan Italia. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Dirktur Komunikasi The Nature
Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini, Fuadi sebibuk menulis,
jadi pembicara dan motivator, serta membangun yayasan sosial untuk membantu
pendidikan orang yang tidak mampu –Komunitas Menara.
Novel perdananya –Negeri 5 Menara- telah
mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain Nominasi Khatulistiwa Award 2010,
Penulis & Buku Fiksi Terfavorit versi Anugerah Pembaca Indonesia, Buku
Fiksi & Penulis Fiksi Terbaik 2011 dari Perpustakaan Nasional. Negeri 5
Menara juga telah diadaptasi ke layar lebar dengan judul yang sama, dan menjadi
salah satu film terlaris tahun 2012.
ü SINOPSIS FILM
Di
bagian ke tiga ini ane ingin menceritakan kepada kawan semua bagaimana alur
dari film yang luar biasa ini, kebetulan
ane sudah 2 x menonton film ini dan membaca 3 season Novel dari film ini, jadi
bagi-bagi kawan untuk lebih serunya silahkan di tonton filmnya bagi yang belum
menonton di “ https://www.youtube.com/watch?v=3xKJi6PC74A
” serta di baca juga ya novelnya tersedia di bookstore, maaf ane tidak bisa
meminjamkan karna ane juga meminjam ke teman :D, jadi sok ditonton jeung dibaca nya;)
6 PEMUDA PERAIH MIMPI
BERIKAT SUMPAH UNTUK MENGABDI
UNTUK MENAKLUK SEBUAH MIMPI
MENJADI DIRI YANG BERDIKARI
MENCARI JATI DIRI DENGAN MENGAWALI
DI PONDOK MADANI.
Seorang Pemuda yang bernama Alif yang berasal dari
Meninjau telah berikrarkan mimpinya setelah lulus SMP di kampungnya untuk
menjadi seperti pak Habibie, dan berkuliah di ITB bandung bersama temannya yang
bernama Randai, pemuda yang beranggapan bahwa dia bisa menaklukan dunia karna
semangatnya menjadi seperti pak Habibie ternyata tak berjalan sebagaimana yang
ia harapkan, Orang tua Alif adalah seorang didikan asuh dari seorang Tokoh
Pendiri Pondok yang telah membantu orang
tua Alif hingga menjadi keluarga yang cukup berkecukupan. Mimpi Alif untuk
bersekolah SMA Negri di Bandung bersama temannya Randai dan melanjutkan di ITB
layaknya Pak Habibie harus teralihkan dengan keinginan orang tuanya yang
menginginkan Alif untuk menuntut ilmu di tempat Pondok dari seorang yang telah
membantu kedua orangtuanya yaitu Pondok Madani.
Dengan berat hati pun
ia menjalankan amanah itu meskipun ia harus merelakan mimpinya, hingga akhirnya ia pun
lulus menjadi santri di Pondok yang bersejarah dalam hidupnya dan merupakan Saksi
Pengabdiannya dan Sumber ilmu kehidupan yang ia dapatkan dalam meraih mimpinya.
Raja Lubis dari Medan,
Said Jufri dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, Baso Salahuddin dari Gowa
merupakan Kawan-kawan Alif di Pondok Madani ini, saat pertama ia memasuki Pondok Madani itu terdapat tulisan
yang cukup besar menarik perhatiannya “ APA YANG KAU CARI DI PONDOK MADANI INI?
“. Sebuah pertanyaan besar yang menyerang dirinya akan tetapi tanpa terlintas jawaban untuk pertanyaan itu di dalam dirinya, karna hanya sebuah pengabdian menjadi anak
berbakti yang merupakan alasannya untuk menjadi Santri Pondok Madani ini, tapi
Jawaban itu pun muncul dikit demi Sedikit ketika ia pun menuai ilmu dan
pesan-pesan tak terlupakan yang ia dapatkan serta ketika ia pun menemukan kawan
luar biasa dari penjuru INDONESIA. Enam Pemuda yang mengawali mimpinya untuk
menjadi SHAHIBUL MENARA dengan berikrar untuk menaklukan Menara-Menara di
PENJURU DUNIA.
Dalam cerita ini pulalah mata penonton dibuka
terhadap kehidupan pesantren. Ada ketegasan disiplin dengan simbol lonceng
“jaras” penanda batas terlambat dan tidak, dengan figur senior penegak disiplin
(”Ada Mike Tyson” - kata Atang) yang menghukum berdiri bersaf dan jewer telinga
tetangga sebelahnya. Ada pertunjukan kreatifitas pondok berupa tantangan lomba
pidato (lengkap dengan kreatifitas santri sahibul menara dalam mengatasi
kegugupan Baso sebagai wakilnya). Ada kekakuan kebiasaan yang dicoba didobrak
(meski hanya berupa menonton teve - pertandingan Thomas Cup yang kalah). Dan
ada juga kebebasan seni yang mungkin selama ini tidak terbayang akan muncul di
dalam sebuah pesantren (asistensi maen gitar oleh Kyai Rais atau tari
patah-patah di pentas lomba seni). Juga kenyataan-kenyataan keseharian sebuah
pondok (’mati lampu kok jadi kebiasaan’, ‘memang benar ustadz di sini tidak
digaji?’). Kenyataan-kenyataan sederhana yang menarik untuk dinikmati sekaligus
memiliki dasar filosofi mendalam.
Sahibul MenaraTerus terang tontonan ini
menyegarkan karena juga penuh dengan kelucuan khas remaja, khas pesantren, khas
multi ras dan tidak dibuat-buat. Atang, sebagai seorang dengan dialek Sunda
yang kental, sudah cukup menjadi pemantik kelucuan itu karena ya lucu, tanpa
bermaksud menghina sebuah suku. Juga seorang Baso yang paling agamis di antara
enam sekawan itu, sering membuat tersenyum simpul saat dia berusaha menghindari
menatap gadis-gadis di sekolah. Di beberapa segmen bahkan kelucuan-kelucuan itu
justru memberikan sebuah makna yang cukup dalam. Contohnya adalah saat enam
sekawan itu dihukum menjewer telinga kawan disebelahnya, Alif - yang telinganya
bebas merdeka dari jeweran sebab tangan Mike Tyson-nya lepas, karena dia harus
berbicara dengan ustadz yang lewat, dengan sadar menyuruh teman-temannya
membentuk lingkaran sehingga semuanya tanpa kecuali - termasuk dia - mendapat
jeweran teman sebelah. Sebuah kesadaran akan keadilan yang muncul dari diri
sendiri.
Bagian
dari yang paling ane sukai di film ini adalah saat mereka berkontribusi untuk
menampilkan sebuah karya Drama, meskipun dalam pelaksanaannya mengalami kendala
karna Baso harus meninggalkan Pondok karna neneknya sakit dan ia hanyalah
seorang sebatang kara dan hanya neneknya lah yang ia punya saat ini, walaupun
begitu Baso pun akan tetap mewujudkan mimpinya untuk menjadi Orang Besar dan
menjadi seorang Hafidzul. Bukan hanya itu saja, kendala itu pun muncul
berbarengan dengan tanda setuju dari orang tua Alif atas Permintaan Alif yang
menginginkan untuk keluar dari Pondok dan pindah ke sekolah yang selama ini ia
inginkan, akan tetapi melihat perjuangan sahabat-sahabatnya para Shahibul
Menara yang sedang mempersiapkan Drama luar biasa atas MIMPI Baso sahabatnya
maka ia pun menarik keinginannya untuk keluar dari Pondok dan Tetap melanjutkan
perjuangannya di PONDOK MADANI itu, dengan beberapa waktu yang tersisa untuk
mempersiapkan sebuah karya tersebut mereka harus menyiapkan es balok untuk
menyempurnakan suasana dalam drama tersebut, akan tetapi mobil yang mereka
gunakan untuk mengangkut es balok
tersebut ternyara mogok dan atas semangat mereka yang patut kita contoh mereka
pun akhirnya mencari alternatif lain untuk membawa es balok tersebut dengan
becak yang membuat penonton film itu tertawa lucu karna kejadian itu.
Pesan-pesan
yang luar biasa dalam film ini yang juga merupakan kalimat-kalimat inspiratif
untuk ane dalam menjalankan kehidupan ane pribadi, pesan-pesan sederhana tapi
memiliki arti yang sangat tajam menusuk hati bagi penonton film ini. Pesan-Pesan
yang saya ingat yang terdapat di film ini adalah
Ø “ MAN JADDA WA JADDA ” = “
BARANG SIAPA YANG BERSUNGGUH-SUNGGUH MAKA IA AKAN BERHASIL ” ,
Ø “ KHAIRUNNAS ANFA’UHUM LINNAS
”=“ SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA ADALAH YANG BISA BERMANFAAT UNTUK MANUSIA LAINNYA ”,
Ø
“ MAN SHABARO ZHAFIRA ” = “ BARANG SIAPA YANG BERSABAR MAKA
IA AKAN BERUNTUNG ”
Dengan Kepribadian tokoh Pemain di film
ini menggambarkan bahwa bukan Fasilitas atau Harta lah sumber dari sebuah
Kebahagiaan, tapi banyak sumber untuk menciptakan kebahagiaan, ingat kawan. “Kebahagiaan bukanlah untuk di rasakan tapi
Kebahagiaan adalah untuk di ciptakan” seperti yang terdapat di film
ini, bagaimana seorang Pemuda yang bernama Alif ini merasa tidak bahagia ketika
ia menjalankan berbagai aktifitas di Pondok karna itu bukanlah pilihannya. Dan yang
harus kita ingat juga adalah bahwa “ Tuhan bukan
mewujudkan apa yang menjadi KEINGINAN kita, tapi Tuhan akan mewujudkan yang
TERBAIK untuk kita” maka
dari itu pantas lah kita sebagai hamba yang hanya sebagai pemain dari segaka
skenaria yang telah di buatkan oleh Tuhan untuk kita syukuri, dengan perjalanan
hidup Alif yang tidak sesuai keinginannya ini bisa jadi merupakan hal yang
Terbaik untuknya karna kemungkinan 50 % keberhasilan dia untuk berhasil apabila
ia menjalankan seperti jalan yang sesuai dengan keinginannya, “ tidak ada yang
bisa menjamin seseorang itu akan bahagia atas apa yang ia inginkan, tapi hanya
kepasrahan diri atas segala urusan kepada Tuhan lah yang akan menjamin
kebahagiaan dalam kehidupan kita”, “sebuah
STATUS SOSIAL bukanlah segalanya, tapi KEPRIBADIAN itu adalah hal yang
terpenting” Seperti yang
kita tahu untuk mencapat beasiswa atau pun segala macam test harus disertai
wawancara dan test psikologi hal itu di sebabkan bahwa keahlian adalah hal yang
bisa di pelajari dan dikembangkan, tapi Kepribadian atau Psikologis seseorang
butuh puluhan tahun untuk merubahnya karna sudah tertanam sejak manusia itu
lahir.
Nama : Geraldy Adjie Pratama
Kelas : 1IB04
NPM : 14414487
Tidak ada komentar:
Posting Komentar